Sabtu, 24 Oktober 2015

kuliner malang BINGSOO

hallo morning guys .... morning siang apa night ya? entahlah kalian bacanya pas kapan hehheeheh ak ucapin hallo aja yes .... hei kenalin aku ella ya bisa di bilang bloger yang lagi newbie lah ya kalian tau newbie gak ?? oke kalo ga tau aku kasih tau ya newbie it semacam pemula gitu guys . yaps guys aku masih pemula di blog blog kayak gni jadi kalau misalnya ada kesalahan dan blog ku belum sempurna apologize me yaaaaaa ...... okay tadi sebelum ini aku uda berbagi tentang pendidikan sekarang waktunya berbagi di dunia kuliner pastynya kuliner malang guys.INSYALLAH YA kalau diberi kesempatan aku sih pingin berbagai segalanya disini seperti fashion terus make up terus tempat tempat tertentu maybe ya pokoknya semua lah ya  

okay okay yuk kita simak tentang kuliner dulu guys ........

BINGSO

jaman sekarang nih banyak banget remaja yang sukanya nongki you know kan artinya nongki itu apaan ? yes right nongki is nongkrong cuy.nongkrong sekarang ga cuma mahasiswa-siswa aje tapi smp sma uda tau caranya nongki heheehehehe anak malang sekarang uda mulai ngehits ngehits ya.Nah ngeliat keadaan kayak gini pastynya para pengusaha ga tutup mata guys mreka pasty bakal manfaatin keadaan kayak gini buat lahan uang meraka jadinya sekarang banyak deh tempat nongkrong dan kuliner yang nyaman dan ramah lingkungan (baca : murah diongkos hahaha ) mulai dari   makanan asli indonesia sampai makanan makanan lura kayak BINGSO nih katanya ala-ala korea.

yauda yuk kita kupas satu-satu about bingso.
ini guys tampak depan bingso 
boleh lah

Kak , bingso itu apaan sih ??


BINGSO itu tempat kuliner juga nongkrong bro sis kan tadi di atas aku sebutin hahahaha . gapapa lah ya di jelasin lagi biar tambah faseh hahahahah.wait wait guys eh ternyata BINGSO itu dalama bahasa korea artinya ES pastinya ya K-Lovers pasty tau arti ini. yukk yang K-lover acungkan perut heheheheh. mana bisa kak acungin perut wkwkwwkwk.


Loh,kak berarti cuman jual es donk ?

aish meskipun artinya es tapi disini ga jual cuman es doank ada makanan dan snack juga meski ga banyak sih tapi ya imbang lah ya ada buat perut sama buat tenggorokan guys.

lokasinya dimana nih ?

lokasinya itu di Jl. Bendungan Sutami no. 74 malang .gampang banget guys nemuin tempat ini soalnya pinggir jalan terus tulisannya bingsonya itu gede bandas jadi kalian kalian pasty kelihatan kecuali kalo kalian lagi ngelamun.kalo dari arah dieng ke dinoyo itu di sebelah kiri letaknya dan kalian kalian yang ga bawa sepedah bisa juga kok naik angkot tapi aku gatau namanya angkotnya apaan.

tempatnya kayak gimana ?

dimulai dari depan ya ... parkirannya okelah luas soalnya kan di deretan rukoruko gitu dan pastynya ada tukang parkir yang ngarahin . waktu aku kesana sih lagi rame jadi ya naruh sepedahnya mepet-mepet gitu tapi tetep tertata and aman .dari luar aku amatin ya lumayan gede lah ada lantai bawah n lantai atas lantai bawah kurang lebih 6-8 meja lah meja kursinya dari kayu gitu vintage-vintage gimana gitu terus d bagian atas tuh ada balkon yang bisa kita dudukin kan asik tu sambil isi perut sambil manajin mata lihat keramaian kota malang.setelah ngelihat dari luar aku masuk deh sama kekasihku ke dalam dan kita lsg disambut sama mas-mas yang masih muda gitu ditawarin pilih dimana akhirnya aku pilih yang diatas setelah menyelusuri tangga wow ternyata di atas lebih banyak lagi terus ada yang sofa juga tempat duduknya menurut aku nyaman banget deh tempatnya buat anak-anak hits hehehheheheh.


harganya gimana kak menunya apa aja ?

menurtku harganya ya relatif lah ya untuk esnya kisaran 10.000-20.000 dan untuk makanan dan 10K-18K. tapi itu bagiku es nya tuh uda lengkap dan gede banget.aku aja ga habis. buat menunya kamu bisa liat gambar ini deh
.

menunya lumayan banyak tapi waktu itu kita cuman pesen PATBINGSO GREEN TEA , BUBBLE DRINK BUBBLE GUM AND CHICKEN RICE KEJU (sory aku lupa cara nulis keju dalam bahasa inggris)  sama BLACKPAPER.Padahal masih ada beberapa menu lagi yang kayaknya enak next time lah ak reviewin lagi ya guys.


yauda yuk mulai kita bahas makanan yang aku pesen.

 PATBINGSO GREEN TEA: harganya 18k.Ini yang jadi Primadona anak ngehits ! Porsinya cukup besar,mungkin bisa  untuk 2-3 orang tapi waktu itu aku makan sendiri malah ga habis dan kekanyangan . Isinya kacang merah, kiwi segar, stroberi masam namun segar, melon manis, semangka lembut, puding mangga yang nancep banget rasanya dilidah, marshmallow empuk, corn flake yang kuat , pisang lembut, anggur yang segar, dengan topping es krim green tea. Es krim green teanya seger, ga terlalu manis atau sepat, cocok banget jadi kuah patbingsoo kalo es serutnya sudah meleleh padahal waktu itu cowokku ngelarang green tea karena takut rasanya pahit eh ternyata ngak malah enyak banget dilidah  . Sayang kacang merahnya berbentuk bijian, bukan pasta dan kacang merahnya kurang banyak alias bukan peran utama (padahal pat dari patbingsoo sendiri artinya pasta kacang merah). recomended banget lah guys ada rasa lain juga lo
https://chocogreentea.files.wordpress.com/2015/03/img_20150306_111445.jpg

 BUBBLE DRINK BUBBLE GUM : harganya 15k . segelas gede gitu tapi menurutku sih ya sama kayak bubble ice biasa cuman rasa-rasanya lebih kuat. sory guys ga bisa nampilin gambarnya ga aku potret. 
 CHICKEN RICE KEJU sama BLACKPAPER :harganya lumayan murah sih menurtku cuman 14k rasanya enak banget bentuknya lucu kayak di rantang gitu isinya juga banyak ngenyangin deh pokoknya . ini jenis makanan nasi dengan ayam yang di filet dan ada sayur sayurannya kayak polong jagung sama apa ya itu ucet kayake terus dikasi saus yang nempel di lidah sampai sekarang hahaahah alay banget aku tapi asli enak banget dan komposisinya pas.

         Rice Bowl Blackpapper by Bingsoo
            keju                                                                                   blackpaper


overall aku pengen kesana lagi ketagihan soalnya cyin.okay guys sigutu dulu ya cerita ceritanya tentang bingso sampai ketemu di lain waktu . salam kenyang.hhehehe

KEPERAWATAN GADAR : ASUHAN KEPERAWATAN PADA GIGITAN ULAR

TUGAS KEPERAWTAN GAWAT DARURAT
MAKALAH ASKEP GIGITAN ULAR




OLEH :
ELLA MARTHA LAUDYA
1301200019


POLTEKKES KEMENKES MALANG 
PRODI D III KEPERAWATAN LAWANG


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Insiden kira – kira 8000 orang terkena gigitan ular berbisa setiap tahun di Amerika Serikat, dengan lebih 98% dari gigitan mengenai ekstremitas. Sejak tahun 1960,  rata- rata 14 korban setiap tahun meninggal di Amerika Serikat karena gigitan ular, dengan 70% kebanyakan di lima daerah serikat termasuk Texas, Georgia, Florida, Alabama, dan California Selatan.
Di Amerika Utara ular beracun merupakan anggota keluarga Crotalidae atau pit viper atau dari keluarga elipidae atau ular karang. Keluarga ular Rattle bertanggung jawab atas kira-kira 70% kematian karena gigitan ular, sementara kematian karena gigitan ular jenis kepala kuning tembaga (copperhead) sangat jarang.
Ular berbisa dibandingkan ular tak berbisa pit viper dinamakan demikian karena memiliki ciri lekukan yang sensitif terhadap panas terletak antara mata dan lubang hidung pada tiap sisi kepala. Pit viper juga memiliki pupil berbentuik elips, berlainan dengan pupil bulatyang memiliki ular jenis tak bebahaya. Sebaliknya, ular karang memiliki pupil bulat dan sedikit lekukan pada muka. Pit viper memiliki gigi taring panjang dan sederet gigi subkaudal. Ular tak berbisa banyak memiliki gigi dibanding dengan taring dan mempunyai dua deret gigi subkaudal. Untuk membedakan ular karang berbisa dengan ular lain yang mirip warnanya, harus diingat bahwa ular karang memiliki hidung berwarna hitam dan memiliki juga guratan cincin warna merah yang berdampingan dengan warna kuning.
Bisa dari ular berbisa mengandung hialuronidase, yang menyebabkan bisa dapat menyebar dengan cepat melalui jaringan limfatik superfisisal. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular, antara lain neurotoksin, toksin hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik, sitotoksin, dan antikoagulan.
1.2  Tujuan
a.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang gigitan ular dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien tersebut dalam kegawat daruratan.

b.      Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
1.         Memahami tentang definisi ggigitan ular
2.         Memahami tentang etiologi gigitan ular
3.         Memahami tentang patofisiologi gigitan ular
4.         Memahami tentang manifestasi klinis gigitan ular
5.         Memahami tentang komplikasi klien gigitan ular
6.         Memahami tentang penatalaksanaan gigitan ular
7.         Melakukan pengkajian gawat darurat pada klien dengan gigitan ular
8.         Memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan gigitan ular
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN GIGITAN ULAR
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan. Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.

2.2  ETIOLOGI
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.

Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
a.    Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

b.    Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
c.    Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d.   Bisa ular yang bersifat kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e.   Bisa ular yang bersifat cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
f.    Bisa ular yang bersifat cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat gigitan.
g.    Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bias

2.3  CIRI GIGITAN ULAR
Ular berbisa memiliki bekas luka gigitan 2 titik. Sedangkan ular yang tidak berbisa biasanya meninggalkan bekas luka gigitan berbentuk huruf U dengan jumlah luka yang banyak. Warna kulit ular berbisa biasanya terang dan mengkilap. Selain ciri-ciri tersebut gigitan ular berbisa biasanya disertai rasa nyeri dan perubahan warna pada lokasi gigitan dalam beberapa saat setelah digigit.
2.4  PATOFISIOLOGI GIGITAN ULAR
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan.
Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas.
Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.
2.5  DERAJAT GIGITAN ULAR
1.         Derajat 0
Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
 Pembengkakan minimal, diameter 1 cm
2.         Derajat I
Bekas gigitan 2 taring
 Bengkak dengan diameter 1 – 5 cm
Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
3.         Derajat II
Sama dengan derajat I
Petechie, echimosis
Nyeri hebat dalam 12 jam
4.         Derajat III
Sama dengan derajat I dan II
Syok dan distres nafas / petechie, echimosis seluruh tubuh
5.          Derajat IV
Sangat cepat memburuk

2.6  TANDA DAN GEJALA GIGITAN ULAR
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).
Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular :
a.    Gigitan Elapidae
Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits), cirinya:
1) Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
2) Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.
3) 15 menit setelah digigit ular  muncul gejala sistemik. 10 jam muncul paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
b.    Gigitan Viperidae/Crotalidae
Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
1) Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
2) Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam.
3) Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
c.    Gigitan Hydropiidae
Misalnya, ular laut, cirinya:
1) Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
2) Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
d.   Gigitan Crotalidae
Misalnya ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo, cirinya:
1) Gejala lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.
2) Anemia, hipotensi, trombositopeni.

Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori:
a.    Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
b.    Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
c.    Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
d.   Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
e.    Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

2.7  PEMERIKSAAN PENUNJANG GIGITAN ULAR
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula darah, BUN dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan.


2.8  PENANGANAN KEGAWATAN GIGITAN ULAR
a.    Prinsip penanganan pada korban gigitan ular:
1)      Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular.
2)      Menetralkan bisa.
3)      Mengobati komplikasi.
b.    Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip RIGT, yaitu:
R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien pingsan/panik karena kaget.
I:  Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-immoblisation) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut tekan).
G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T:  Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul  ada korban.
c.    Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):
1)   Balut tekan pada kaki:
a)    Istirahatkan (immobilisasikan) Korban.
b)   Keringkan sekitar luka gigitan.
c)    Gunakan pembalut elastis.          
d)   Jaga luka lebih rendah dari jantung.
e)    Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik ke atas.
f)    Biarkan jari kaki jangan dibalut.
g)   Jangan melepas celana atau baju korban.
h)   Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap pink).
i)    Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki.
2)   Balut tekan pada tangan:
a)    Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut).
b)   Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat.
c)    Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan.
d)   Pasang papan sebagai fiksasi.
e)    Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
d.Penatalaksana Lanjut
§  Penatalaksanaan jalan napas
§  Penatalaksanaan fungsi pernapasan
§  Penatalaksanaan sirkulasi: beri infus cairan kristaloid
§  Beri pertolongan pertama pada luka gigitan: verban ketat dan luas diatas luka, imobilisasi (dengan bidai)
§  Ambil 5 – 10 ml darah untuk pemeriksaan: waktu trotombin, APTT, D-dimer, fibrinogen dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N, elektrolit (terutama K), CK. Periksa waktu pembekuan, jika >10 menit, menunjukkan kemungkinan adanya koagulopati
§  Apus tempat gigitan dengan dengan venom detection
§  Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dilemahan), polivalen 1 ml berisi:
§  10-50 LD50 bisa Ankystrodon
§  25-50 LD50 bisa Bungarus
§  25-50 LD50 bisa Naya Sputarix
§  Fenol 0.25% v/v
Teknik pemberian: 2 vial @5ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9% atau Dextrose 5% dengan kecapatan 40-80 tetes/menit. Maksimal 100 ml (20 vial). Infiltrasi lokal pada luka tidak dianjurkan.
Indikasi SABU adalah adanya gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka. Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
·         Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka diberikan SABU
·         Derajat II: 3-4 vial SABU
·         Derajat III: 5-15 vial SABU
·         Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU
Pedoman terapi SABU menurut Luck
Derajat
Beratnya evenomasi
Taring atau gigi
Ukuran zona edema/ eritemato kulit (cm)
Gejala sistemik
Jumlah vial venom
0
Tidak ada
+
<>
-
0
I
Minimal
+
2-15
-
5
II
Sedang
+
15-30
+
10
III
Berat
+
>30
++
15
IV
Berat
+
<>
+++
15
Pedoman terapi SABU menurut Luck
·         Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
·         Ulangi pemeriksaan darah pada 3 jam setelah pemberiann antivenom
§  Jika koagulopati tidak membak (fibrinogen tidak meningkat, waktu pembekuan darah tetap memanjang), ulangi pemberian SABU. Ulangi pemeriksaan darah pada 1 dan 3 jam berikutnya, dst.
§  Jika koagulopati membaik (fibrinogen meningkat, waktu pembekuan menurun) maka monitor ketat kerusakan dan ulangi pemeriksaan darah untuk memonitor perbaikkannya. Monitor dilanjutkan 2x24 jam untuk mendeteksi kemungkinan koagulopati berulang. Perhatian untuk penderita dengan gigitan Viperidae untuk tidak menjalani operasi minimal 2 minggu setelah gigitan
·         Terapi suportif lainnya pada keadaan :
§  Gangguan koagulopati berat: beri plasma fresh-frizen (dan antivenin)
§  Perdarahan: beri tranfusi darah segar atau komponen darah, fibrinogen, vitamin K, tranfusi trombosit
§  Hipotensi: beri infus cairan kristaloid
§  Rabdomiolisis: beri cairan dan natrium bikarbonat
§  Monitor pembengkakan local dengan lilitan lengan atau anggota badan
§  Sindrom kompartemen: lakukan fasiotomi
§  Gangguan neurologik: beri Neostigmin (asetilkolinesterase), diawali dengan sulfas atropin
§  Beri tetanus profilaksis bila dibutuhkan
§  Untuk mengurangi rasa nyeri berikan aspirin atau kodein, hindari penggunaan obat – obatan narkotik depresan
·         Terapi profilaksis
§  Pemberian antibiotika spektrum luas. Kaman terbanyak yang dijumpai adalah P.aerugenosa, Proteus,sp, Clostridium sp, B.fragilis
§  Beri toksoid tetanus
§  Pemberian serum anti tetanus: sesuai indikasi (Sudoyo, 2006)
2.9  KOMPLIKASI GIGITAN ULAR
a. Syok hipovolemik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas
2.10  ASKEP GAWAT DARURAT DENGAN GIGITAN ULAR
1.    Pengkajian
Pengkajian keperawatan Marilynn E. Doenges (2000: 871-873),  dasar data pengkajian pasien, yaitu:
a.    Aktivitas dan Istirahat
Gejala: Malaise.
b.    Sirkulasi
Tanda: Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal (selama hasil curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat, (perifer hiperdinamik), lemah/lembut/mudah hilang, takikardi, ekstrem (syok).
c.    Integritas Ego
Gejala: Perubahan status kesehatan.
Tanda: Reaksi emosi yang kuat, ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri.
d.   Eliminasi
e.    Makanan/cairan
f.     Neorosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan.
Tanda: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium/koma.
g.    Nyeri/Kenyamanan
h.    Pernapasan
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.
Gejala: Suhu umunya meningkat (37,95oC atau lebih) tetapi mungkin normal, kadang subnormal (dibawah 36,63oC), menggigil. Luka yang sulit/lama sembuh.
i.      Seksualitas
j.      Integumen
Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
2.    Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin.
b.      Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.
c.       Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit, dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur, proses infeksi.
d.      Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.
e.       Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, jaringan traumatik luka.
3.    Perencanaan
Diagnosa I :
Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan bunyi napas jelas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, bebas dispnea/sianosis.
Intervensi:
1)        Pertahankan jalan napas klien.
            Rasional: Meningkatkan ekspansi paru-paru.
2)        Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Rasional: Pernapasan cepat/dangkal terjadi karena hipoksemia, stres, dan sirkulasi endotoksin.
3)        Auskultasi bunyi napas.
Rasional: Kesulitan pernapasan dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmonal/edema interstisial, atelektasis.
4)        Sering ubah posisi.
Rasional: Bersihan pulmonal yang baik sangat diperlukan untuk mengurangi ketidakseimbangan ventelasi/perfusi.
5)        Berikan O2 melalui cara yang tepat, misal masker wajah.
Rasional: O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernapasan dan menurunkan viskositas sputum.
Diagnosa II :
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh tubuh rileks, berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi:
1)   Kaji tanda-tanda vital.
Rasional: Mengetahui keadaan umum klien, untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2)   Kaji karakteristik nyeri.
Rasional: Dapat menentukan pengobatan nyeri yang pas dan mengetahui penyebab nyeri.
3)   Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.
Rasional: Membuat klien merasa nyaman dan tenang.
4)   Pertahankan tirah baring selama terjadinya nyeri.
Rasional: Menurunkan spasme otot.
5)   Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
Rasional: Memblok lintasan nyeri sehingga berkurang dan untuk membantu penyembuhan luka.
Diagnosa III :
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit, dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur, proses infeksi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal (36-37,5oC), bebas dari kedinginan.
Intervensi:
1)   Pantau suhu klien.
Rasional: Suhu 38,9-41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksi akut.
2)   Pantau asupan dan haluaran serta berikan minuman yang disukai untuk mempertahankan keseimbangan antara asupan dan haluaran.
Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan klien dan membantu menurunkan suhu tubuh.
3)   Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
4)   Berikan mandi kompres hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam, karena alkohol dapat membuat kulit kering.
5)   Berikan selimut pendingin.
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam.
6)   Berikan Antiperitik sesuai program.
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
Diagnosa IV :
Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Menyatakan kesadaran perasaan dan menerimanya dengan cara yang sehat, mengatakan ansietas/ketakutan menurun sampai tingkat dapat ditangani, menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dengan penggunaan sumber yang efektif.
Intervensi:
1)        Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan.
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama.
2)      Tunjukkan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur bebas dari nyeri.
Rasional: Membantu pasien/orang terdekat untuk mengetahui bahwa dukungan tersedia dan bahwa pembrian asuhan tertarik pada orang tersebut tidak hanya merawat luka.
3)      Kaji status mental, termasuk suasana hati/afek.
Rasional: Pada awal, pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan tenang dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan, yang juga merupakan mekanisme perlindungan.
4)      Dorong pasien untuk bicara tentang luka setiap hari.
Rasional: Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
5)      Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban terbuka/jujur.
Rasional: Pernyataan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien/orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.
Diagnosa V :
Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, jaringan traumatik luka.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak demam.
Intervensi:
1)   Kaji tanda-tanda infeksi.
Rasional: Sebagai diteksi dini terjadinya infeksi.
2)   Lakukan tindakan keperawatan secara aseptik dan anti septik.
Rasional: Mencegah kontaminasi silang dan mencegah terpajan pada organisme infeksius.
3)   Ingatkan klien untuk tidak memegang luka dan membasahi daerah luka.
Rasional: Mencegah kontaminasi luka.
4)   Ajarkan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
Rasional: Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
5)   Periksa luka setiap hari, perhatikan/catat perubahan penampilan, bau luka.
Rasional: Mengidentifikasi adanya penyembuhan (granulasi jaringan) dan memberikan deteksi dini infeksi luka.
6)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
Rasional: Untuk menghindari pemajanan kuman.

4.    Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi.  Akan tetapi implementasi keperawatan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain. (Tarwoto Wartonah, 2004: 6).

5.    Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.









BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan torniket dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini dikembangkan metode penanganan yang lebih baik yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya digunakan pembalut dari kain tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan sobekan pakaian atau baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban. Diharapkan dengan membalut bagian yang tergigit maka produksi getah bening dapat berkurang sehingga menghambat penyebaran bisa sebelum korban mendapat ditangani secara lebih baik di rumah sakit

3.2  Saran
       Segera bawa ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Informasikan kepada dokter mengenai penyakit yang diderita pasien seperti asma dan alergi pada obat – obatan tertentu, atau pemberian antivenom sebelumnya. Ini penting agar dokter dapat memperkirakan kemungkinan adanya reaksi dari pemberian antivenom selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, et.al. (ed.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. 2006. FK UI. Jakarta. Hlm. 210-212.
Hugh A. F. Dudley (Ed), Hamilto Bailey, Ilmu Bedah, Edisi XI, Gajah Mada University Press, 1992
Diane C. Baugman, Joann C. Hackley, Medical Surgical Nursing, Lippincott, 1996
Donna D. Ignatavicius, at al., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, 2nd Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1991.
Susan Martin Tucker, at al., Standar Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi V, Volume 2, EGC, Jakarta, 1998.
Joice M. Black, Esther Matassarin Jacobs, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Contuinity of Care, 5th Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997.
Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990
Diane C. Baugman, Joann C. Hackley, Medical Surgical Nursing, Lippincott, 1996
Donna D. Ignatavicius, at al., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, 2nd Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1991.
Susan Martin Tucker, at al., Standar Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi V, Volume 2, EGC, Jakarta, 1998.
Joice M. Black, Esther Matassarin Jacobs, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Contuinity of Care, 5th Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1997.
Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990