Sabtu, 05 Desember 2015

LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA NASOFARING (KNF)

LAPORAN PENDAHULUAN
KARSINOMA NASOFARING




OLEH:
ELLA MARTHA LAUDYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LAWANG
2015






LAPORAN PENDAHULUAN KARSINOMA NASOFARING
I.Konsep Teori Karsinoma Nasofaring
A.    Definisi Karsinoma Nasofaring
·         Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009).

·          Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006).

·         Karsibnoma nasofaring adalah sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel epitelial batas permukaan badan internal dan eksternal sel didaerah nasofaring (american cancer asosiety,2011).

·         Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang muncul pada daerah nasofaring (area diatas tengorokan dibelakang hidung).

·         Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu bagian atas faring atau tenggorokan.

B.     Anatomi Nasofaring
·         Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku diatas,belakang dan lateral yang termasuk bagian dari faring. Ke anterior berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan tepi belakang septum nasi.
·         Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba eustakius yang merupakan bagian dari pendengaran.
·         Pada usia muda dinding postero-superior nasofaring umumnya tidak rata karena adanya jaringan adenoid.
·         Pada atap nasofaring sering terlihat lipatan-lipatan mukosa yang dibentuk oleh jaringan lunak sub mukosa.
·         Nasofaring terdapat banyak saluran getah bening.
·         Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat pada belakang rongga hidung.
C.      Epidemiologi
KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita di bawah usia 20 tahun dan usia terbanyak antara 45 – 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan perbandingan antara 2 – 3 : 1. Kanker nasofaring tidak umum dijumpai di Amerika Serikat dan dilaporkan bahwa kejadian tumor ini di Amerika Syarikat adalah kurang dari 1 dalam 100.000 (Nasional Cancer Institute, 2009).
Di Indonesia,KNF menempati urutan ke-5 dari 10 besar tumor ganas yang terdapat di seluruh tubuh dan menempati urutan ke -1 di bidang Telinga , Hidung dan Tenggorok (THT). Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan KNF (Nasir, 2009). Dari data Departemen Kesehatan, tahun 1980 menunjukan prevalensi 4,7 per 100.000 atau diperkirakan 7.000-8.000 kasus per tahun (Punagi,2007). Dari data laporan profil KNF di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar ,periode Januari 2000 sampai Juni 2001 didapatkan 33% dari keganasan di bidang THT adalah KNF. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2002 -2007 ditemukan 684 penderita KNF.
D.    Etiologi
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah:
1. Kerentanan Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
2. Infeksi Virus Eipstein-Barr
Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara karsinoma nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV). Serum pasien-pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma nasofaring primer maupun sekunder telah dibuktikan mengandung antibody Ig G terhadap antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering dengan titer yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di Amerika yang mendapat karsinoma nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-EBV ini berhubungan dengan karsinoma nasofaring tidak berdifrensiasi (undifferentiated) dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi (non-keratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak berhubung dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
3. Faktor Lingkungan
            Ventilasi rumah yang jelek dengan asap kayu bakar yang terakumulasi di dalam rumah juga dapat meningkatkan angka kejadian KNF.(gangguly,2003)
Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel sulfat (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).
E.     Tanda dan gejala
1.      Gejala dini
aa.  Gejala telinga
·         Rasa penuh pada telinga
·         Tinitus
·         Gangguan pendengaran
ab.  Gejala hidung
·         Epistaksis
·         Obstruksi hidung
ac.   Gejala mata dan saraf
·         Diplopia
·         Gerakan bola mata terbatas
·         Juling  
2.      Gejala lanjut
·         Limfadenopati servikal
·         Gejala akibat perluasan kedaerah sekitar.ex : sakit kepala hebat krn meluas kedaerah kranial.
·         Gejala akibat metastasis jauh .ex : pada femur , hati , paru , ginjal, dan limpa
F.     Penggolongan Ca Nasofaring :
 T1             : Kanker terbatas di rongga nasofaring.
 T2            : Kanker menginfiltrasi kavum  nasal, orofaring atau di celah parafaring  di anterior dari garis SO ( garis penghubung prosesus stiloideus dan margo posterior  garis tengah foramen  magnum os oksipital ).
T3            : Kanker di celah parafaring di posterior garis SO atau mengenai basis kranial, fosa pterigopalatinum atau terdapat rudapaksa tunggal syaraf kranial kelompok anterior atau posterior.
T4            : Saraf kranial kelompok anterior dan posterior terkena serentak, atau kanker mengenai sinus paranasal, sinus spongiosus, orbita, fosa infra-temporal.
N0            : Belum teraba pembesaran kelenjar limfe .
N1            : Kelenjar limfe koli superior berdiameter <4 cm.
N2            : Kelenjar koli inferior membesar atau berdiameter 4-7 cm .
N3            : Kelenjar limfe supraklavikular membesar atau berdiameter >7 cm.
M0           : Tak ada metastasis jauh.
M1           : Ada metastasis jauh.
Penggolongan stadium klinis, antara lain :
1.       Stadium I             : T1N0M0
2.      Stadium II             : T2N0 – 1M0, T0 – 2N1M0
3.      Stadium III           : T3N0 -  2M0, T0 – 3N2M0
4.      Stadium IVa          : T4N0 – 3M0, T0 – 4N3M0
5.      Stadium IVb         :T apapun, N Apapun, M1
G.    Pemeriksaan diagnostik
1.      Anamnesis
Terdiri dari gejala hidung ,gejala telinga , gejala mata dan saraf serta gejala mestatasis.
2.      Pemeriksaan fisik
·         Pemeriksaan status generalis dan status lokalis
·         Pemeriksaan nasofaring : rinoskopi posterior dan nasofaringoskopi fiber/rigid
3.      Pemeriksaan laboraturium
·         Hematologik
·         SGOT dan SGPT
·         Serologi Ig A VCA,Ig A EA
4.      Pemeriksaan radiologi
·         Ct-scan
·         MRI
·         Pencitraan seluruh tubuh
·         Chest x-ray
5.      Pemeriksaan patologi anatomi
·         Biopsi nasofaring
6.      Pemeriksaan neuro-oftalmologi
H.    Penatalksanaan medis
1.      Radioterapi :
·         merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
·         Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa metastasis jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan supraklavikula.
·         Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan radiasi intravena
2.      Kemoterapi
·         Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
·         Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan,kemoterapi adjuvan,kemotrapi konkomitan
3.      Imunoterapi
·         Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan imunoterapi.
4.      Operasi / pembedahan
·         Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
·         Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
·         Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
I.       Prognosis
·         Prognosis secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal dan metastasenya.
·         Prognosis buruk jika dijumpai limfadenopati,stadium lanjut,tipe histologik karsinoma skuamus berkretinasi.
·         Prognosis juga diperburuk dengan beberapa faktor seperti stadium yg lebih lanjut,usia > 40 tahun dan jenis kelamin laki-laki (arima, 2006) 
J.      Komplikasi
·         Hipotiroidsme
·         Hilangnya jangkauan gerak
·         Hipoplasia struktur otak dan tulang
·         Kehilangn pendengaran sensorineural (nasir, 2009).
K.    Pencegahan
·         Pemberian vaksin
·         Mengurangi konsumsi ikan asin
·         Makan makanan yang bernutrisi
·         Mengurangi serta mengontrol stress
·         Berolahraga secara teratur
·         Health education mengenai lingkungan yang sehat
·         Membiasakan hidup secara sehat
                                                                            (tirtamijaya, 2009)
L.pathway



II.Konsep Askep Karsinoma Nasofaring
A.    Pengkajian
aa.  Identitas pasien
1.      Nama
Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor nasofaring.
2.      Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada perempuan.
3.      Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54 tahun.
4.      Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya tumor nasofaring serta lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan.
5.      Agama
Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor nasofaring.
6.      Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun Oseania.Namun relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara dan China.
7.      Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu.
ab.  Status Kesehatan

1.      Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi pendarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
2.      Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita tumor nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran, perdarahan hidung,  dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi dalam tahap yang lebih lanjut
.
3.      Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor nasofaring pula.
ac.   Pemeriksaan Fisik
1.      Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan kabur.
2.      Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
3.      Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum kental berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi.
4.      Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien 360C, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah tersebut.
5.      Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
6.      Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek.  Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan dalam sistem percernaan pasien.
7.      Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan tidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
8.      Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak mengganggu sistem tersebut.
9.      Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasien terlihat pucat.
10.  Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit  serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik. Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan yang mengganggu sistem musculoskeletal.
ad.  Pola aktifitas sehari-hari
1)      Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang mengetahui penyebab terjadinya serta penanganannya dengan cepat.

2)      Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.

3)      Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi.

4)      Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.

5)      Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

6)      Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien mengalami gangguan pada indra penciuman.

7)      Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya? Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan merasa sedih dan rendah diri karena penyakit yang dideritanya.

8)      Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya? Biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

9)      Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada klien?. Biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan dengan pasangan karena sakit yang diderita.

10)  Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?. Biasanya klien akan sering bertanya tentang pengobatan.

11)  Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
12) pola kebersihan diri
Kaji bagaimana klien tentang tindakan dalam menjaga kebersihan diri.
ae.   Pemeriksaan penunjang
Hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.
af.   Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF,seperti radioterapi,kemoterapi serta obat-obatan.

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan presepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor.
2.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3.      Nyeri berhubungan dengan benjolan massa pada leher.
4.      Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra diri.
C.    Intervensi keperawatan
1.      Dx I
·         Tujuan          : mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori presepsi.
·         KH               : Mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan.
·         Intervensi     :      
1)      Tentukan ketajaman pendengaran
  R/ mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasan klien.
2)      Orientasikan terhadap lingkungan sekitar
        R/ lingkungan yang nyaman membantu proses penyembuhan
3)      Observasi TTV dan gejala disorientasi
  R/ mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan presepsi sensori yang lain yang dialami klien
4)      Bicara pada sisi telinga yang sehat atau dengan menggunakan tulisan
        R/keluhan dan informasi dapat tersampaikan.
2.      Dx II
·         Tujuan          : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
·         KH               : IMT sesuai dengan standart.
·         Intervensi     :      
1)      Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

  R/ mengetahui keadaan dan kebutuhan nutrisi sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diit yang tepat.
2)      Anjurkan klien untuk mematuhi diit yang telah ditentukan.
  R/ kepatuhan terhadap diit dapat mencegah terjadinya komolikasi hipo/hiper glikemi.
3)      Timbang berat badan seminggu sekali
  R/ mengetahui perkembangan nutrisi klien
4)      Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
        R/nutrisi dapat tersimpan dalam tubuh dengan lebih efektif.
5)      Sajikan makanan selagi hangat
        R/ menambah nafsu makan.
6)      Kolaborasi dengan tim gizi dalam menentukan diit
        R/untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
7)      Kolaborasi pemberian antiemetik 
        R/mengurangi rasa mual muntah

3.      Dx III
·         Tujuan          : rasa nyeri dapat teratasi/terkontrol.
·         KH               :klien tidak menunjukan tanda-tanda nyeri (grimace,gelisah,perubahan TD dan RR).
·         Intervensi     :      
1)      Kaji riwayat nyeri.

  R/ mengetahui sifat nyeri.
2)      Berikan tindakan kenyamanan dan modifikasi lingkungan.
  R/ meningkatkan relaksasi klien.
3)      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
  R/ dapat mengurangi rasa nyeri.
4)      Kolaborasi pemberian analgetik
        R/mengurangi rasa nyeri secara medikamentosa.
4.      Dx IV
·         Tujuan          : klien dapat menerima keadaan dirinya.
·         KH               : mengatakan penerimaan diri dan keterbatasan dirinya.
·         Intervensi     :      
1)      Monitor pernyataan klien tentang harga diri.

  R/ mengetahui respon klien.
2)      Anjurkan klien untuk mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya.
  R/ membantu klien menggali potensi yang dimilikinya.
3)      Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain.
  R/ memunculkan rasa percaya diri klien.
D.    Evaluasi
1.      Berhasil    : perilaku klien sesuai dengan tujuan dan KH sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam tujuan.
2.      Tercapai sebagian : klien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam tujuan.
3.      Belum tercapai     : klien tidak mampu sama sekali menunjukan perilaku yang diharpkan pada tujuan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar