MAKALAH MANAJEMEN BENCANA
PENATALAKSANAAN KORBAN BANCANA INDIVIDU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Merencanakan Penatalaksanaan
Korban Secara Individu Dan Merencanakan Perawatan Lanjutan ”pada
waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Penanggulangan Bencana serta sebagai referensi pembelajaran khususnya
dikalangan mahasiswa keperawatan.
Tersusunnya
makalah ini tidak luput dari bantuan baik secara moril maupun materil dari
pihak-pihak terdekat. Pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang, Budi Susatia, S.Kp, M.Kep
2. Ketua Jurusan
Keperawatan, Imam Subekti, S.Kp. M.Kep, Sp.Kom
3. Ketua Program Studi
D-III Keperawatan Lawang, Arief Bachtiar, S.Kep. Ns. M.Kep.
4. Penanggung Jawab Mata KuliahManajemen
Bencana, Nurul Hidayah, S.Kep, Ns, M.Kes
5. Dosen mata kuliah Manajemen
Bencana, Ni Wayan Dwi Rosmalawati, A.Per, Pen, M.Kes
6. Kedua orang tua yang
memberi bantuan berupa moril maupun materil
7. Pihak-pihak lain yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan baik dalam bentuk tulisan, isi, informasi, maupun dalam bentuk
penyajiannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran
dari teman-teman semua guna mendukung agar makalah yang penulis buat dapat
lebih baik lagi dikemudian hari.
Lawang, November 2015
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bencana/Disaster
merupakan
suatu
peristiwa
yang
terjadi
secara
mendadak
dan
biasanya
tidak terencana
yang menimbulkan
dampak
terhadap polakehidupan
normal, juga kerusakan lingkungan yang parah
sehingga
diperlukan
tindakan
darurat dan
luar
biasa
untuk
menolong
dan
menyelamatkan
korban
yaitu
manusia
beserta
lingkungannya.
Setiap
bencana pasti meninggalkan duka dan luka. Terbayang penderitaan yang
dialaminya. Akibat dari bencana tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat pasca bencana sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam hidup
mereka yang terjadi secara drastis dan tiba – tiba dan pada akhirnya
menimbulkan kelainan atau gangguan pada mental atau gangguan kejiwaan sebagai
buntut bencana.
Pada
fase awal bencana akan membuat para korban menjadi khawatir dan bahkan mungkin
menjadi panik. Kepanikan itu berupa seseorang akan merasa sangat down dan shock
karena kehilangan harta benda dan sanak keluarga. Demikian pula mereka akan
merasakan berbagai macam emosi sekaligus merasa kecewa, frustasi, marah dan
merasakan pahitnya hidup.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi bencana.
2. Untuk
mengetahui definisi korban individu
3. Untuk
mengetahui etiologi korban bencana individu
4.
Untuk mengetahui dampak bencana terhadap
individu
5. Penatalaksanan
korban secara individu
1.3 Rumusan Maslah
1. Apakah definisi bencana ?
2. Apapengertian
dari korban individu ?
3. Apa
etiologi korban bencana individu ?
4. Bagaimana
dampak bencana terhadap individu ?
5. Bagaimana
penatalaksanan korban secara individu ?
6. Apa
definisi penatalaksanaan korban individu ?
7. Apa
tujuan penatalaksanaan korban individu ?
8. Apa
azaz-azaz penatalaksanaan bencana ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BENCANA
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan
atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana alam
artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006)
Menurut
Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan
yang dipicu oleh suatu kejadian.
Bencana
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia (Kamadhis UGM, 2007).
Bencana/Disaster adalah
suatu
peristiwa yang terjadi
secara
mendadak
dan
biasanya
tidak terencana yang menimbulkan
dampak
terhadap pola
kehidupan normal, juga
kerusakan
lingkungan yang parah
sehingga
diperluka
ntindakan
darurat dan
luar
biasa
untuk
menolong
dan
menyelamatkan
korban
yaitu
manusia
beserta
lingkungannya.
B. DEFINISI KORBAN INDIVIDU
1. Definisi korban
Menurut kamus Crime Dictionary yang dikutip seorang ahli
(Abdussalam, 2010:5) bahwa Victim atau korban
adalah “orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau penderitaan
mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas perbuatan atau suatu
kejadian.
2. Definisi individu
o
individu berarti juga
bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang
lebih kecil
Korban individu adalah setiap orang sebagai bagian terkecil
dari kelompok masyarakat yang mendapat penderitaan baik jiwa, fisik,
materil, maupun nonmaterial.
Korban
bencana individuadalahbagian terkecil dari kelompok masyarakat yang mendapat penderitaan baik jiwa, fisik,
materil, maupun nonmaterialakibat suatu
kejadianyang
terjadidanperlumendapatkan pertolongankesehatandenganmenggunakansarana,
fasilitasdantenaga yang lebihdari yang tersediasehari-hari.
A.
Etiologi
korban bencana individu
1)
Alam:
Banjir, Gempabumi, Anginribut,Tsunami, dan lain-lain.
2)
Teknologi:LumpurLapindo,
tabrakanKA,Robohnyagedungdansebagainya.
3)
Konflik:
Konflikantaretnis, terorisme, Parpol,dan lain sebagainya.
B. Dampak bencana terhadap individu
1) rasa
sakit
2) trauma
3) gangguan
emosional
4) Post traumatikstres (PTS)
5) Kematian
C.
Definisi Penatalaksanaan korban individu
Penatalaksanaan korban secara individuadalahserangkaiankegiatankeperawatan tanggapbencanadandaruratuntukmembantubagian terkecil dari kelompok masyarakat yang mengalami dampak dari bencanayang sedang terjadi.
D. Tujuan penatalaksanaan korban
individu
1) Meminimalisasi
penderitaan pada individu
2) Meminimalisasi
kecacatan pada individu
3) Meminimalisasi
trauma pada individu
4) Membantu
individu supaya dapat bertahan hidup
5) Mencegah
dan membatasi jumlah korban manusia
6) Mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik individu yang terkena bencana tersebut
E. Azaz-azaz penatalaksanaan bencana
Pelaksanaan penganganan bencana harus
dilakukan secara terkoordinir. Asas-asas yang ada dalam kegiatan penanganan
bencana antara lain :
a)asas kemanusiaan
Penanggulangan
bencana harus memberikan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia,
harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara
proporsional. Jangan sampai penanganan bencana tidak memperhatikan nilai
kemanusian sebagai dasar berpijaknya. Hal ini dikarenakan penanganan bencana
terkait dengan nyawa dan keselamatan mnusia.
b)asas
keadilan
Penanggulangan
bencana harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
negara tanpa kecuali. Negara hendaknya memperlakukan secara sama dan adil
secara proporsional. Tidak ada pembedaan penanganan antara warga negara yang
dikarenakan suku, agama, ataupun harta.
c)asas
kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Tidak
boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang antara lain agama, suku,
ras, golongan, gender, dan status sosial.
d)asas
kebersamaan
Pada
dasarnya penanggulangan bencana menjadi tugas dan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat secara gotong royong.
F. Penatalaksanan korban secara
individu
· penatalksanaan
pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil.
· Tindakan
yang dilakukan :
1. Pencarian, Penyelamatan.
Prognosa
tergantung dari Kecepatan
penemuanKecepatan minta tolong dan Kecepatan datangnya penolong
2. Melaksanakaneskalasipelayanangawat daruratsehari-harimenjadipelayanangawat daruratbencana.
-Triase / Pemilihankorban.
-Pertolonganpertama / live
saving.
3.
Evakuasikorbanmenujufasilitaskesehatandanpengobatan.
4.
Rujukankorbanantar RS.
G. Triase
1) Label Hijau:Penderitatidakluka
2) Label kuning:Penderitahanyalukaringan
3) Label Merah:Penderitadengancederaberat
4) Label Biru:Keadaanberat (Syok / Terancamkematian)
5) Label Hitam:Penderitameninggal
H. Pertolongan Pertama
1.
Definisi
Pemberian
pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
2. Tujuan
Pertolongan Pertama
a. Menyelamatkan
jiwa penderita
b. Mencegah
cacat
c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang
proses penyembuhan
3.
Kewajiban Pelaku Pertolongan
Pertama
Dalam
menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri,
anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau
penderita.
c. Dapat mengenali dan
mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan
dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku
pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan
medis penderita.
4. Alat dan bahan pertolongan pertama
Dalam
menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan
mampu
digunakan oleh penolong di
antaranya :
1. Alat dan bahan memeriksa
korban
2. Alat dan bahan perawatan
luka
3. Alat dan bahan perawatan
patah tulang
4. Alat untuk memindahkan
penderita
5. Alat lain yang dianggap
perlu sesuai dengan kemampuan
5. Langkah
langkah penilaian pada penderita
1. Penilaian
keadaan
Penilaian
keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita
hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong.
Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah
lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor
satu.
2. Keamanan lokasi
Pelaku
pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan
serta merta melakukan penilaian keadaan
a. Bagaimana
kondisi saat itu
b. Kemungkinan
apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana
mengatasinya
Setelah keadaan
di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini
berjalan bersamaan.
3. Tindakan saat tiba di lokasi
Bila anda sudah
memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1.
Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi
kejadian.
2. Penolong
harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
·
Nama Penolong
·
Nama Organisasi
·
Permintaan izin untuk menolong dari
penderita / orang
3.
Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan
penilaian dinidari penderita.
4. Mengenali dan
mengatasi gangguan / cedera yang mengancamnyawa.
5. Stabilkan
penderita dan teruskan pemantauan.
Pelaksana
harus mampu menstabilkan kondisi korban dengan cara meyakinkan bahwa tidak akan
terjadi apa-apa dan segala traumanya yang dialami akan segera diberi
pertolongan.
Pelaksana
wajib melakukan pemantauan secara berkala kepada korban.
6. Minta
bantuan.
4. Sumber Informasi
Informasi
tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
·
Kejadian itu sendiri.
·
Penderita (bila sadar).
·
Keluarga atau saksi.
·
Mekanisme kejadian.
·
Perubahan bentuk yang nyata atau cedera
yang jelas.
·
Gejala atau tanda khas suatu cedera atau
penyakit.
B.
Penilaian Dini
1. Penilaian
Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi
keadaan yang mengancam nyawa korban.
2. Langkah-langkah
penilaian dini
a. Kesan
umum
Seiring
mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita
tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma Mempunyai
tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis Tanpa tanda
tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa
Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan
dengan otak penderita.
Terdapat
4 tingkat Respons penderita
A=
Awas
Penderita
sadar dan mengenali keberadaan danlingkungannya.
S =
Suara
Penderita
hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N =
Nyeri
Penderita
hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong,
misalnyadicubit, tekanan pada tulang dada.
T=
Tidak respon
Penderita
tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong.
Tidakmembuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak
bereaksi pada rangsangnyeri.
c. Memastikan jalan napas
terbuka dengan baik (Airway).
Jalan
napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia.
Apapaunusaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan
gagal.
a. Pasien
dengan respon
Cara
sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara.
Adanya
gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
b. Pasien
yang tidak respon
Pada
penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif
untukmembuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah
angkat dagu
tekan
dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda
lainyang mungkin menyumbat saluran napas.
d. Menilai pernapasan
(Breathing)
Periksa
ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai
selama 3-5 detik.
Pernapasan
yang cukup baik :
i.
Dada naik dan turun secara penuh
ii.
Bernapas mudah dan lancar
iii.
Kualitas pernapasan normal
(<8
x/menit dewasa, <10 x/menit anak anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i.
Dada tidak naik atau turun secara penuh
ii.
Terdapat kesulitan bernapas
iii.
Cyanosis (warna biru/abu abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv.
Kualitas pernapasan tidak normal
e. Menilai sirkulasi dan
menghentikan perdarahan berat
Pastikan
denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapatmengancam
nyawa yang tidak terlihat.Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalamjumlah
yang cukup banyak.
f. Hubungi bantuan
Mintalah
bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan
harussingkat, jelas dan lengkap.
C.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki.
Tiga metode
pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan
(Inspection)
2. Perabaan
(Palpation)
3. Pendengaran
(Auscultation)
Jangan banyak
membuang waktu untuk melakukan pemeriksaansecara rinci. Lakukan secara cepat
tetapi pastikan tidak ada yangn terlewat. Pemeriksaan fisik memastikan bahwa
tidak ada yangterlewat.
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat
memeriksa korban :
P erubahan bentuk
- (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka -
(Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri -
(Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak -
(Swelling) daerah yang cedera mengalami
pembengkakan
Pemeriksaan fisik (Head to
Toe)
Amati
dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry),
cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh),
dalam urutan berikut:
1. Kepala
·
Kulit Kepala dan Tengkorak
·
Telinga dan Hidung
·
Pupil Mata
·
Mulut
2. Leher
3. Dada
·
Periksa perubahan bentuk,
luka terbuka, atau perubahan kekerasan
·
Rasakan perubahan bentuk
tulang rusuk sampai ke tulang belakang
·
Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
·
Periksa rigiditas
(kekerasan)
·
Periksa potensial luka dan
infeksi
·
Mungkin terjadi cedera tidak
terlihat, lakukan perabaan
·
Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
·
Periksa perubahan bentuk
pada tulang rusuk
·
Periksa perubahan bentuk
sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat
gerak atas
8. Alat
gerak bawah
Pemeriksaan
tanda vital
1. Frekuensi
nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
Denyut Nadi Normal :
·
Bayi : 120 - 150 x/menit
·
Anak : 80 - 150 x/menit
·
Dewasa : 60 - 90 x/menit
2. Frekuensi
napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha
bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
Frekuensi Pernapasan Normal:
·
Bayi : 25 - 50 x/ menit
·
Anak : 15 - 30 x/ menit
·
Dewasa : 12 - 20 x/ menit
3. Tekanan
darah
4. Suhu,
diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit:
kering,berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
C. Riwayat Penderita
Selain
melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan
data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat
wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu
digunakanakronim : KOMPAK
K =
Keluhan Utama (gejala dan tanda)sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O=
Obat-obatan yang diminum.Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat
yang baru saja diminum.
M=
Makanan/minuman terakhir. Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya
kehilangan respon pada penderita. Selain itu data inijuga penting untuk
diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian dirumah
sakit.
P=
Penyakit yang diderita. Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita
yang mungkin berhubungan dengan keadaanyang dialami penderita pada saat ini,
misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguanjantung 3 tahun yang lalu.
A=
Alergi yang dialami.Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini
mungkin merupakan suatu bentuk alergi.
K =
Kejadian.Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum
timbulnya gejala dan tandapenyakit yang diderita saat ini.
D.
Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya
lakukan pemeriksaan berkala,sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita
hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan
setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15
menit sekali.
Beberapa
hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara
rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya
Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang
terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum
diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau
masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian
apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian
yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman
dan nyaman.
E.
Serah terima dan pelaporan
Biasakanlah
untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda
dan bukti medis.
Hal-hal yang
sebaiknya dilaporkan adalah :
·
Umur dan jenis kelamin penderita
·
Keluhan Utama
·
Tingkat respon
·
Keadaan jalan napas
·
Pernapasan
·
Sirkulasi
·
Pemeriksaan Fisik yang penting
·
KOMPAK yang penting
·
Penatalaksanaan
·
Perkembangan lainnya yang dianggap
penting
·
Bila ada formulirnya sertakan form
laporan ini kepada petugas yang mengambil alih korban daritangan anda.
·
Serah terima dapat dilakukan di lokasi,
yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau anda yang mendatangi
fasilitas kesehatan.
F.
Contoh pentalaksanaan
korban individu saat gempa dengan luka.
1. Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan
kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini
umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi
adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan
penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.
2. Klasifikasi
Luka
Luka
secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera
jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya
kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka lecet
Terjadi
biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
c. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi
akibat tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling
banyak ditemukan.
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh,
biasanya kedalaman luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam
tubuh mungkin terkena.
e. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang
rusak hanya jaringan di bawah kulit.
f. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di
daerah permukaan tubuh,darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit
sehingga bisa terlihat dari luarberupa warna merah kebiruan.
g. Hematoma(darah yang
terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak
berada jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat
adalah bengkak, biasanya besar yang kemerahan.
h. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi
luka terbuka. Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.
3. Penutup
dan Pembalut Luka
a. Penutup
luka
1.
Membantu mengendalikan perdarahan
2.
Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3.
Mempercepat penyembuhan
4.
Mengurangi nyeri
b. Pembalut
Pembalut
adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan
pembalutdibuat dari bermacam materi kain.
c. Fungsi
pembalut
1.
Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2.
Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3.
Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
d. Beberapa
jenis pembalut
·
Pembalut pita/gulung.
·
Pembalut segitiga (mitela).
·
Pembalut penekan.
e. Penutupan
luka
·
Penutup luka harus meliputi
seluruh permukaan luka.
·
Upayakan permukaan luka
sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertaiperdarahan,
maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
·
Pemasangan penutup luka
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yangmenempel pada
bagian luka tidak terkontaminasi
f. Pembalutan
·
Jangan memasang pembalut
sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekananuntuk menghentikan
perdarahan.
·
Jangan membalut terlalu
kencang atau terlalu longgar.
·
Jangan biarkan ujung bahan
terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korbanbila membalut luka
yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk menambahluasnya
permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah
terjadinyakerusakan jaringan.
·
Jangan menutupi ujung jari,
bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kitaterlalu kuat yaitu
dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan
harus diperbaiki.
·
Khusus pada anggota gerak
pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalumendekati tubuh.
·
Lakukan pembalutan dalam
posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi janganberusaha menekuk
sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
g. Penggunaan
penutup luka penekan
Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk
membantu melakukan tekananlangsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1.
Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2.
Beri bantalan penutup luka.
3.
Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4.
Balut.
5.
Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
h. Perawatan
luka Terbuka
1.
Pastikan daerah luka terlihat
2.
Bersihkan daerah sekitar luka
3.
Kontrol perdarahan bila ada
4.
Cegah kontaminasi lanjut
5.
Beri penutup luka dan balut
6.
Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7.
Tenangkan penderita
8.
Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9.
Rujuk ke fasilitas kesehatan
i. Perawatan Luka Tertutup
Khusus
untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
·
Berikan kompres dingin
(misalnya kantung es)
·
Balut tekan
·
Istirahatkan anggota gerak
tersebut
·
Tinggikan anggota gerak
tersebut
j. Perawatan
luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya
benda asing adalah sebagaiberikut :
·
Stabilkan benda yang
menancap secara manual.
·
Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
·
Bagian yang luka dibuka
sehingga terlihat dengan jelas.
·
Kendalikan perdarahan,
hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
·
Stabilkan benda asing
tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai variasimisalnya
pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
·
Rawat syok bila ada
·
Jaga pasien tetap istirahat
dan tenang.
·
Rujuk ke fasilitas
kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai fakta yang ada jelas terlihat bahwa
bencana besar yang terjadi tidak serta merta datang, namun didahului oleh
adanya eksploitasi lingkungan, adanya kebijakan yang tidak memenuhi aspirasi
masyarakat, serta tidak adanya manajemen bencana dari pemerintah.
Bencana-bencana tersebut seharusnya tidak perlu
terjadi dan bisa diminimalisir oleh pemerintah seandainya pemerintah berbesar
hati untuk tidak mencampakkan alam dengan dalih kebijakan pembangunan atau
devisa. Sungguh bencana tersebut adalah bencana yang terencana.
Bencana adalah
konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti
letusangunung, gempa bumi, tanah longsor),
nonalam (gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial
(konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror). Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Besarnya potensi
kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang
berkaitan dengan bencana alam. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang paling
sering harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia
terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan juga
terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.
Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan
dalam penanggulangan bencana dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang
dipergunakan oleh semua pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana
sejak prabencana, saat bencana dan pascabencana. Sehingga dapat mengurangi dampak atau
kerugian yang disebabkan oleh bencana.
Tugas
perawat dalam penatalaksanaan korban secara individu :
·
Perawat melakukan pengkajian secara
cepat untuk memutuskan tindakan PP
·
Menyiapkan alat-alat PP
·
Melakukan penilaian keadaan
·
Melakukan penilaian dini :
o
Menilai keadaan umum
o
Periksa respon dengan
Arlet,Verbal,Pain,Unrespon
o
Penilaian ABC
·
Melakukan pemeriksaan fisik
o
Pemeriksaan head to toe
o
Pemeriksaan TTV
·
Melakukan pemenuhan kebutahan dasar
manusia
·
Melakukan pemeriksaan berkala atau
lanjutan terhadap tindakan yang sudah dilakukan
3.2 Saran
Pada
saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan
mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya
bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola
dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran,
tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan
dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
- Usman,Ulla.pelatihan
dasar KSR kumpulan materi.Jakarta.Markas Pusat Palang Merah
Indonesia.2008.
- Palupi,
Widyastuti. Bencana Alam Tentang Perlindungan Kesdehatan
Masyarakat:EGC.2006.
- ankoff, G. Frerks, D. Hilhorst (eds.)
Mapping Vulnerability: Disasters Development and People. ISBN ISBN
1-85383-964-7. 2003.
- Set BAKORNAS PBP dan Gempa bumi dan
Tsunami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Buku Panduan
Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di
Indonesia.Jakarta.2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar